Selasa, 17 April 2018

Rumahku

Rumahku

Pulang aku setelah perjalanan panjang menuju lupa
Pulang aku setelah kata menyerah terucap dari katup bibir yang membiru

Pada pintu rumah tanganku mengayun meminta pintu dibuka
Pada lantai dingin yang dulu biasa kupijak kusampaikan rindu yang menggebu

Perjalanan ini telah memakan jiwaku yang meminta sepiring lupa
Lupaku kalah oleh sepiring rasa yang selalu meminta tambah tiada henti

Lelah aku mengejar lupa,
Lelah aku mencuri ingatan-ingatan untuk kukubur lebih dalam hingga perut bumi


Waktuku ingin kuhabiskan di rumah yang dulu selalu menyambut lelahku
Waktuku ingin kuhabiskan di rumah yang dulu menjadi tempat untukku tertidur lelap

Pintu tak terbuka,
Tetangga dari rumah sebelah datang menyapa,
Darimana saja? Tanyanya
Rumahmu kosong begitu lama, tak terurus dan terawat dalam waktu yang lama, katanya.

Mataku mulai berair dibelai angin yang menjadi dingin
"Tapi rumahku kini begitu rapi, begitu asri dan lestari"
Senyumku menyambut tutur kataku
Tetangga dari rumah sebelah tersenyum, "Ya, ada penghuni baru yang merawatnya"

Penghuni baru,
Rumahku telah diisi oleh penghuni baru,
Penghuni baru,
Penghuni baru,
Penghuni baru,
Penghuni baru,
Penghuni baru, aku berbalik, meninggalkan tetangga sendiri,
Aku berbalik tanpa menunggu pintu yang kuketuk terbuka,
Aku berbalik dengan hati yang tabah,
Rumahku, ingatanku tentangmu benar-benar harus kulupa.



Kamis, 19 Januari 2017

Ratusan Purnama

Sudah begitu lama tidak mengunjungi blog ini. Entah mengapa ada yang sakit ketika saya membaca semua tulisan di sini, tentang ayah dan tentang dia yang telah pergi. Setelah sekian lama, mengapa saya tidak bisa melupakannya? Bahkan saya tidak bisa membuka hati saya kepada siapapun yang mencoba datang. Mengapa namanya selalu ada ketika saya bersedih, ketika saya merasa sepi. Mengapa saya harus menulis tentang dia setelah sekian lama, mengapa saya masih membaca tumblr dia setalah dia benar-benar pergi, saya benci, tapi saya tidak bisa menghilangkan dia dari pikiran saya. Kata orang, semua itu karena belum ada orang baru, tapi kenapa setiap ada orang baru saya justru menghindar, mengapa saya tidak bisa bercerita bebas kepada yang lain, sedangkan pada dia saya dulu selalu bercerita, tentang segala kegundahan saya, tentang kebingungan dan kecemasan saya. Mengapa saya harus membuka blog ini yang lebih dari separuh isinya bercerita tentang dia. Saya telah berjanji untuk melupakan dia, tapi tidak bisa, bahkan dalam ambisi saya, dia menjadi bagian itu, bagian ambisi saya. Mengapa saya begitu terikat dengan dia, bahkan saya tidak pernah memilikinya, saya benci, entah pada siapa. Mengapa empat tahun yang telah saya lewati, nama dia tetap selalu ada, mengapa saya tidak bisa memberi ruang pada hati saya sendiri bahwa cinta itu ada, mengapa hanya karena dia saya tidak percaya cinta? Mengapa saya menjadi skeptis, dan bahkan tidak percaya akan pernikahan? Apakah sedemikian besarnya dampak dia bagi saya? Bahkan ketika menulis inipun saya marah, mengapa saya harus menulis ini, terlalu lemah, terlalu menye-menye, mengapa saya tidak pikirkan korupsi yang merajalela? kenapa saya tidak hanya berkutat pada permasalahan hak asasi manusia? Memang, perasaan ini tidak begitu sering datang, tapi saat datang, rasanya begitu menyakitkan, saya seperti ingin teriak sekencang-kencangnya.

Senin, 19 Januari 2015

Kata orang ketika kau terluka teramat dalam, maka biarkan orang itu pergi. Karena hal itu tidak terjadi padaku, maka aku tidak akan mendorongmu pergi, just stay like a friend.

Minggu, 18 Januari 2015

Gamsamhamnida Hyungnim!

Berbahagialah, terima kasih telah bersedia masuk menjadi bagian hidupku.
Memang ada rasa sakit, "sedikit", mungkin karena sudah begitu lama perasaan itu berkurang.
Terima kasih telah menjadi kakak yang sangat baik bagiku, kau tahu itu lebih dari cukup.
Jujur, aku sedih, tapi rasa bahagiaku lebih besar, jauh lebih besar. Aku idak mengira akan seperti ini, karena apa yang membuatku jatuh kepdamu adalah hal yang menyembuhkanku, ya, aku kagum bukan cinta. Terima kasih telah menjadi bagian dari timeline hidupku, terima kasih menganggapku sebaga adik yang katamu selalu kekanak-kanakan. Mungkin orang akan berpikir bahwa aku sakit hati atau akan menghilangkan ingatan tentangmu, tapi mereka salah. Aku tidak akan menghapus apa yang ada di masa lalu, karena itu bagian hidupku. Bahasaku baku, maaf aku tidak biasa menulis puitis, karena aku lebih handal di bidang tulisan baku. Aku senang pernah merasa mencintaimu, karena kau orang baik, Allah terkadang menghadirkan orang baik ke dalam hidup kita bukan untuk tinggal di hati, tapi sekadar "lewat". Terima kasih untuk pergi setelah aku berhasil menghentikan perasaanku padamu, terima kasih. Seperti yang kujanjikan padamu, aku akan datang ketika keponakanku besar dan memberinya PS Vita itu, sekali lagi terima kasih karena menganggapku adik,karena kukira kau membenciku. Nanti, ketika aku sudah "dewasa" dan aku menikah dengan seseorang yang kucintai, kumohon datanglah, sebagai kakakku :)
Untuk Kakak satu lagi, aku yakin kakakku tidak salah memilih, mudah-mudahan suatu saat kita bertemu yaa.
Thank you for being a part of my life.
You must to know that I'm very very happy, aaaaaaaak.... :)))

Sabtu, 22 November 2014

Bahkan aku mencintaimu sejak aku tidak tahu bagaimana rupamu, siapa dirimu, bagaimana sifatmu, atau bagaimana teman-temanmu, semuaya datang begitu saja, begitu tiba-tiba. Kau tahu, itu sejak dua tahun yang lalu, dan yang kusuka adalah benar-benar dirimu.

Kita hanya sekali bertemu di dunia nyata, tapi meninggalkan jejak dan kenangan sekan kita bertemu setiap hari
Satu hal yang aku pelajari hari ini adalah kelapangan hati. Sahabatku mengatakan bahwa aku harus mengingat prinsipku, bahwa hidup itu untuk memberi kebermanfaatan seluas-luasnya, bukan untuk mencari penghargaan dari manusia, biarlah hanya Allah yang tahu.
Terima kasih Ella dan Safira telah bersedia mendengar keluhku, terima kasih telah mengingatkanku akan prinsip yang hampir saja aku lupakan.