Kamis, 19 Januari 2017

Ratusan Purnama

Sudah begitu lama tidak mengunjungi blog ini. Entah mengapa ada yang sakit ketika saya membaca semua tulisan di sini, tentang ayah dan tentang dia yang telah pergi. Setelah sekian lama, mengapa saya tidak bisa melupakannya? Bahkan saya tidak bisa membuka hati saya kepada siapapun yang mencoba datang. Mengapa namanya selalu ada ketika saya bersedih, ketika saya merasa sepi. Mengapa saya harus menulis tentang dia setelah sekian lama, mengapa saya masih membaca tumblr dia setalah dia benar-benar pergi, saya benci, tapi saya tidak bisa menghilangkan dia dari pikiran saya. Kata orang, semua itu karena belum ada orang baru, tapi kenapa setiap ada orang baru saya justru menghindar, mengapa saya tidak bisa bercerita bebas kepada yang lain, sedangkan pada dia saya dulu selalu bercerita, tentang segala kegundahan saya, tentang kebingungan dan kecemasan saya. Mengapa saya harus membuka blog ini yang lebih dari separuh isinya bercerita tentang dia. Saya telah berjanji untuk melupakan dia, tapi tidak bisa, bahkan dalam ambisi saya, dia menjadi bagian itu, bagian ambisi saya. Mengapa saya begitu terikat dengan dia, bahkan saya tidak pernah memilikinya, saya benci, entah pada siapa. Mengapa empat tahun yang telah saya lewati, nama dia tetap selalu ada, mengapa saya tidak bisa memberi ruang pada hati saya sendiri bahwa cinta itu ada, mengapa hanya karena dia saya tidak percaya cinta? Mengapa saya menjadi skeptis, dan bahkan tidak percaya akan pernikahan? Apakah sedemikian besarnya dampak dia bagi saya? Bahkan ketika menulis inipun saya marah, mengapa saya harus menulis ini, terlalu lemah, terlalu menye-menye, mengapa saya tidak pikirkan korupsi yang merajalela? kenapa saya tidak hanya berkutat pada permasalahan hak asasi manusia? Memang, perasaan ini tidak begitu sering datang, tapi saat datang, rasanya begitu menyakitkan, saya seperti ingin teriak sekencang-kencangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar